Sabtu, 05 Oktober 2013

[Cerpen] Sekolah Baruku





Pukul 07.10
            “Sheila bangun!” Suara Mamaku yang super keras terdengar dari arah dapur. Kenapa Mama selalu membangunkan aku di saat aku sedang bermimpi indah? Entahlah, Mamaku memang tipe orang yang suka mengganggu kesenangan orang lain. Meski begitu, Mamaku adalah Mama yang paling baik di dunia. Kurasa semua anak di dunia pun menganggap Mama mereka adalah Mama yang terbaik.

            “Sheila ayo bangun, nanti kamu terlambat, Sayang!” Teriak mamaku lagi.

“Iya Ma, Sheila bangun”, dengan berat hati aku harus bangun dari mimpi indahku tadi.
Hari ini adalah hari pertamaku sebagai siswa SMA baru di SMA Pelita Bangsa. Ini bukanlah tahun pertamaku sebagai siswa SMA, tepatnya ini adalah tahun keduaku. Karena setahun lalu, aku bersekolah di SMAN 333 Bandung. Aku terpaksa pindah sekolah ke SMA Pelita Bangsa Jakarta Utara karena Mama yang bosan tinggal Bandung. Tapi, menurutku itu bukanlah alasan yang sebenarnya. Sebenarnya, Mama ingin melupakan masa lalu yang pahit setelah perceraian Mama dan Papa setahun yang lalu. Ya, keluargaku adalah keluarga Broken Home. Papa dan Mama memutuskan bercerai karena alasan sudah tidak ada kecocokan lagi. Aku tidak mengerti pemikiran mereka. Apa yang dimaksud ketidakcocokan? Padahal mereka telah hidup bersama selama 20 tahun. Aku dan adikku memilih tinggal bersama Mama.

            “Ila, ayo sarapan!” Teriak Mamaku yang ke sekian kalinya.

“Iya Ma, sebentar lagi,” kataku.

Ila adalah nama panggilanku di rumah. Biasanya, sahabatku dulu juga memanggilku Ila. Tapi, kini tidak akan ada lagi sahabatku yang memanggilku seperti itu lagi. Mereka dan aku telah jauh. Meski begitu, aku dan sahabatku masih sering berhubungan melalui telepon, twitter, facebook, dan email. Kami pun sering melakukan video call bersama jika ada waktu luang.

            Aku berjalan menuju ruang makan dengan lesu.

“Kamu kenapa, Ila? Kok, gak semangat begitu?” Tanya Mama.

“Ma, Mama kan tau kalo Ila agak susah beradaptasi dengan lingkungan baru,”. Kataku.

“Iya Mama tau, kamu harus belajar dong sayang beradaptasi di sekolah barumu, Mama yakin kamu pasti bisa!” Kata Mama meyakinkanku.

“Gak semudah itu, Ma!” Batinku.

Aku pun berangkat ke sekolah baruku diantar Mama dan Adik laki-lakiku satu-satunya.
Ya, iyalah satu-satunya. Aku kan hanya 2 bersaudara.

“Semangat ya, Sayang! Mama mau antar Miko pergi ke TK barunya” Mama menyemangatiku.

            Tibalah saatnya, Aku memasuki kelas baruku di kelas XI IPA 3 dengan ditemani walikelas baruku dengan rasa gugup.

“Anak-anak hari ini kita kedatangan teman baru” kata Bu Lina sebagai walikelas XI IPA 3.

Aku pun berjalan masuk ke dalam kelas.

            “Ayo, sekarang perkenalkan dirimu, Nak!” Perintah Bu Lina padaku. Aku pun mengangguk dan memulai perkenalan.

“Hai semuanya, namaku Sheila Andaresta. Saya pindahan dari SMAN 333 Bandung. Semoga kita bisa berteman baik.” Perkenalanku kepada teman-teman sambil gemetaran.

“Nah, Sheila kamu duduk di sebelah sana, ya!” Kata Bu Lina sambil menunjuk bangku yang kosong di sebelah siswa cantik dengan rambut terurai panjang dan lurus. Karena tidak tahu harus bersikap bagaimana, aku hanya terdiam.

“Baiklah anak-anak kita lanjutkan pelajaran kita sebelumnya.” Kata Bu Lina memulai pelajaran.

Dua jam pelajaran berlalu,

            Bel pun berbunyi tanda istirahat. Seseorang memanggil namaku dan mengajak berkenalan.

“Hai Sheila, namaku Dinda.” Katanya. Ternyata, dia teman di sebelah bangkuku yang tadi kulihat dengan rambut terurai panjang.

“Iya, aku Sheila. Makasih ya, udah ngajak kenalan.” Sahutku.

“Iya, sama-sama. Kita ke kantin yuk, bakso di kantin sekolah enak banget.”

“Iya, ayo!” Jawabku malu-malu. Dinda adalah teman pertamaku di sekolah baruku.
Dinda pun mengajak aku berkenalan dengan teman-temannya. Aku sangat berterima kasih pada Dinda karena telah baik padaku.

“Makasih ya Din, udah ngenalin aku sama teman-teman kamu. Seenggaknya, aku udah gak secanggung tadi pagi.” Kataku berterima kasih.

            Saatnya pulang sekolah. Mama telah menungguku di luar gerbang sekolah. Aku pun masuk ke dalam mobil.”

“Gimana hari pertamamu, Sayang?” Tanya Mama penuh rasa ingin tahu.

“Ya gitu deh, Ma. Ila udah dapat teman baru. Namanya Dinda. Dinda ngenalin aku ke teman-temanya dia.” Jawabku.

 “Wah bagus dong, Sayang! Kamu udah ada kemajuan ya soal mencari teman.” Ejek Mamaku.

“Ih Mama emangnya aku kaku banget ya, Ma?” Tanyaku.

“Iya, kamu itu kaku banget Ila. Tapi, itu dulu. Sepertinya sekarang kamu udah lebih fleksibel.” Kata Mama.

            Keesokan harinya, aku dan Dinda bermain bersama, mengobrol, dan makan di kantin saat istirahat. Dengan berjalannya waktupun, aku dan Dinda menjadi semakin dekat. Bahkan, Dinda pun mau mengajakku main ke rumahnya. Aku dan Dinda pun menjadi sahabat sekarang. Bukan berarti, aku melupakan sahabat-sahabatku di Bandung. Kami masih tetap berhubungan satu sama lain.






Note : Maklum masih penulis pemula

                                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar